Cinta Bagi Wanita

Ini akan jadi kali kedua saya menulis bahasan cinta pada lawan jenis, setelah The Irrational Nature of Love. Entah mengapa sejak SMA saya sering menjadi pendengar teman-teman perempuan saya bercerita tentang ketertarikan mereka pada pria. Pada satu sisi saya bersyukur mereka mempercayakan hal tsb untuk saya dengar namun disisi lain ini jadi ujian tersendiri untuk menjaga rahasia mereka dan memilah mana yang patut saya dengar, ia-kan, atau nasehati tanpa menyakiti. Tulisan ini sebagian merupakan hasil pengamatan saya selama menjadi pendengar tsb 🙂

Wanita jauh ingin lebih didengar dibandingkan mendengarkan, terkadang mereka hanya bercerita bukan untuk mencari solusi melainkan sekedar untuk didengar, dan bagi mereka itu sudah sangat melegakan. Ini juga dibuktikan berdasarkan penelitian seperti yang pernah saya baca pada berbagai sumber, salah satunya dalam buku Why Men don’t Listen and Women can’t Read Maps. Saya tidak tahu apa ini berlaku untuk mereka yang introvert atau tidak, karena saya dan seorang teman baik saya, Anggun, tidak sepenuhnya demikian, walau kami tetap terbuka pada hal-hal tertentu dan orang tertentu.

Bagi wanita yang memiliki prinsip untuk tidak berpacaran atau memiliki hubungan khusus dengan seorang pria, cara mereka menangani rasa cintanya akan begitu sulit. Mengapa? karena sepanjang cinta itu mereka jalani, sepanjang itulah mereka memendam tanda tanya tanpa jawab kepastian, dan ini menyakitkan. Saya paham betul karena seringkali saat mereka bercerita, mereka akan menitikan air mata. Saya pernah mengalami hal yang sama, dulu sekali. Hanya saja, cinta yang dialami saat remaja berbeda dengan cinta saat dewasa. Saat remaja, perasaan tsb tidak jelas mau dan akan dibawa kemana, dan cinta itu mungkin tumbuh tanpa pertimbangan keimanan. Tetapi saat dewasa, kematangan pola fikir, keseriusan, dan mimpi akan visi misi kedepan untuk membangun keluarga yang bertaqwa, membawa perasaan tsb untuk dilabuhkan dalam ikatan pernikahan.

Saat seminar yang diadakan KAMIL ITB “Jemput Surgamu dengan Menikah” bersama Pak Cahyadi Takariawan akhir April lalu, beliau menjelaskan tentang tiga level perasaan seseorang pada lawan jenis, diantaranya; ketertarikan (sifatnya umum, bisa dengan siapa saja); kecenderungan (terpupuk karena interaksi yang rutin, dapat muncul perasaan “dia cocok dengan saya”); dan ketergantungan (sudah jatuh cinta, tidak dapat objektif melihat orang tsb dan 87.9% akalnya sudah tidak berfungsi). Kalau teman saya, Biondi, mengatakan tiga level sederhananya adalah suka, sayang, dan cinta.

Level pertama yaitu ketertarikan, ini bisa seperti rasa kagum ataupun simpati, dan mungkin bisa muncul pada lebih dari satu orang walau level ketertarikannya berbeda-beda, sifatnya nothing to lose, tidak ada harapan serius untuk memiliki. Level kedua adalah kecenderungan, yaitu hasil ketertarikan yang dipupuk kian besar dan muncul rasa empati, perasaan ini ditujukan untuk satu orang. Saat kamu tidak memiliki ikhtiar serius untuk menikah, maka berhentilah pada level ini, dan jangan berani untuk naik ke level selanjutnya karena level ini sangat berat hehe. Level terakhir adalah ketergantungan, ini bisa dikatakan cinta buta artinya sekalipun kekurangan orang tsb tidak dapat ditolerir oleh akal, namun perasaan dalam hati tidak dapat dihapuskan. Pada level ini perasaan cemburu serta ingin memiliki sudah muncul, dan sangat mungkin akan muncul sakit hati jika pertanyaan akan perasaannya tidak terjawab atau bahkan tertolak, ini yang saya sebut menyakitkan bagi yang mengalaminya.

Saat wanita sudah pada level ketiga yaitu ketergantungan, sebagian besar yang dilakukan adalah berharap. Ya, berharap dan berdoa dengan membawa nama pria yang ia cintai memiliki perasaan yang sama dengannya. Lagi-lagi ini yang saya katakan menyakitkan. Jika mereka ingin membawa perasaan tsb pada pernikahan, maka tidak ada salahnya untuk mencoba berta’aruf dengan pria tsb. Karena dalam ta’aruf yang syar’i, alasan diajukannya kedua nama insyaa Allah akan dijaga oleh Murobbi dan Murobbiah, selain untuk menjaga izzah juga perasaan keduanya (terutama pihak wanita) jika ternyata ta’aruf tsb tidak berlanjut pada pernikahan.

Affair

Apakah sebelum menikah, perasaan keduanya harus sudah sampai level ketergantungan? Tidak juga, bahkan cukup sampai level ketertarikan (entah fisik, akhlaq, ilmu, dll) pun sudah memenuhi sunnah Rasulullah. Ini berdasarkan pengalaman kakak-kakak alumni saya yang berbagi tentang kisah mereka. Dan saya rasa, akan ada saat dimana kita tidak peduli mengapa rasa cinta itu belum muncul begitu kuat bahkan mendekati hari pernikahan, tetapi Allah begitu menguatkan hati untuk menjalan pernikahan tsb (lagi-lagi ini berdasarkan sharing mereka yang telah mengalaminya hehe). Ya, karena ketika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka Ia akan memberinya penjaga dirinya di dunia yang juga Allah cintai, insyaa Allah. Namun sekalipun tidak, seperti perkataan ka Ustica Haedy, ‘No excuse. If Jannah is your dream, hold tight to your deen.‘ Atau seperti perkataan ka Lintang Wahyu Mukti dalam postingan Melindungi berikut

Ukuran kedewasaan kita dalam mencintai seseorang mungkin justru terletak pada seberapa hati-hati kita untuk tidak mengumbar perasaan. Ada saat-saat dimana lebih baik perasaan kita-apapun itu, entah marah, rindu, atau kekhawatiran disimpan saja baik-baik. Dikubur dalam-dalam. Bukan, bukan dikubur untuk dihilangkan, tapi justru agar kelak ia tumbuh lebih indah.

Maka cinta seperti apa yang berani kita pilih? Semoga Allah melindungi hati-hati kita dari perasaan yang belum berani untuk kita rasakan dan memberi cinta yang membuat kita semakin mencintai-Nya :). Allahua’lam bishowab

___

Berikut adalah kontak Pak Cahyadi Takariawan, Rumah Keluarga Indonesia (RKI), jika kalian ingin berkonsultasi 🙂
HP : +62813 9202 2222
PIN BB : 2A3BCFF4
Email : takariawan@yahoo.com
Twitter : @PakCah
Blog : www.cahyadi-takariawan.web.id | www.wonderful-family.web.idwww.kompasiana.com/PakCah
Facebook : Cahyadi Takariawan (fanspage)

Materi KAMIL ITB “Jemput Surgamu dengan Menikah” bersama Pak Cahyadi Takariawan dapat diunduh disini

One thought on “Cinta Bagi Wanita

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.