Rasulullah Menjawab Nasrani (Turunnya Ayat Mubahalah)

Agama samawi yang masih ada saat ini antara lain Yahudi, Katholik, Protestan,  dan Islam sebagai penutup. Yahudi dan nasrani adalah agama yang disampaikan nabi Musa as. dan nabi Isa as. kepada umatnya sedangkan islam dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. dengan kewajiban menyampaikan untuk ummat manusia seluruhnya. Maka dalam pandangan saya seharusnya sudah tidak ada lagi agama samawi selain islam, saat ini.

Berikut ini adalah tulisan mengenai sebab turunnya surat Ali-Imran: 59-60 dan ayat mubahalah (sumpah saling melaknat) Ali Imran: 61, yang saya ringkas dari buku Biografi Ali bin Abi Thalib karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, hal. 113-115 dengan mengutip dari As-Sirah An-Nabawiyah karya Abu Syuhbah.

* * *

Rasulullah menulis surat kepada penduduk kristen Najran sebagai berikut: “Amma ba’du. Sesungguhnya saya mengajak kepada kalian menuju kepada penyembahan Allah dari penyembahan kepada hamba. Dan saya juga mengajak kalian kepada kekuasaan Allah dari kekuasaan hamba. Jika kalian menolak ajaran tsb, atas kalian wajib membayar jizyah. Dan jika kalian menolak membayar jizyah, maka saya nyatakan perang terhadap kalian. Wassalam.”

Setelah Uskup membaca dan memusyawarahkannya, maka diputuskan untuk mengirim utusan sebanyak 14 orang tokoh mereka (ada yang menyebutkan 60 orang). Dari mereka ditunjuk 3 orang sebagai kepercayaan dan diserahkan urusan kepadanya. Mereka adalah Al-Aqib; pemimpin dan penasehat yang dipercaya mewakili pendapat mereka, Sayid; pemimpin perjalanan, dan Abu Al-Harits; uskup dan pemimpin lembaga pendidikan mereka.

Sebelum datang pada Rasulullah, mereka melepas baju musafir mereka dan menggantinya dengan pakaian kebesaran yang megah dan memakai cincin-cincin emas. Mereka lalu datang pada rasulullah dan mengucapkan salam, namun beliau tidak menjawab salam mereka. Mereka mengulangnya kembali hingga lama namun tetap tidak dibalas.

Mereka lalu pergi dan menemui Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang saat itu tengah berada di kumpulan orang-orang Anshar. Di zaman jahiliyyah keduanya sering pergi ke Najran untuk membeli gandum dan buah-buahan mereka. Mereka bertanya “Hai Utsman dan Abdurrahman, nabi kalian telah mengirimkan surat pada kami sehingga kami datang kemari. Kami telah mengucapkan salam namun tidak dijawab, bahkan kami telah lama menunggu jawaban hingga lelah. Apakah sebaiknya kami pulang saja ?”

Mereka berdua bertanya pada Ali bin Abi Thalib (yang ada pada perkumpulan tsb) tentang ketiganya. Ali menjawab, “Sebaiknya mereka melepas baju mewah mereka lalu berganti busana yang mereka kenakan di dalam perjalanan, baru kemudian datang pada baginda Rasulullah.”

Mereka melaksanakan anjuran Ali dan saat datang pada Rasulullah, salam mereka dijawab dan kehadiran mereka diterima. Rasulullah mengajak berdiskusi dalam waktu cukup lama; masing-masing pihak saling bertanya tentang berbagai masalah.

Mereka berkata kepada Rasulullah, “Kami telah terlebih dahulu muslim sebelum kalian.”

Rasulullah menimpali, “Kalian tidak mau mengikuti kebenaran Islam disebabkan 3 hal. Pertama, karena kalian menyembah Salib. Kedua, karena kalian memakan daging babi. Dan ketiga, karena anggapan kalian bahwa Allah memiliki anak.”

Mereka berkata “Mengapa engkau mencela Tuhan kami (‘Isa) dan engkau mengatakannya sebagai hamba Allah!”

Rasulullah menjawab, “Betul. Dia adalah hamba Allah, rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam.”

Mereka semakin murka dan berkata, “Apakah engkau pernah melihat ada manusia tanpa memiliki bapak? Jika engkau benar-benar seorang nabi maka tunjukan kepada kami contohnya!”

Maka kemudian Allah menurunkan kepada Rasulullah ayat Al-Qur’an untuk menjawab pertanyaan tersebut, firman-Nya:

“Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Rabbmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu.” QS. Ali Imran: 59-60

Ayat ini menjadi hujjah yang telak bagi mereka yang semakin meragukan keyakinan mereka. Saat mereka tidak mampu menghadapi hujjah dan perdebatan yang ada dengan cara bijaksana dan nasehat yang baik, maka mereka pun menentang Rasulullah dengan bermubahalah (sumpah saling melaknat). Sebagaimana firman Allah:

“Siapa yang membantumu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkankamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” QS. Ali Imran: 61

Selanjutnya Rasulullah keluar dengan mengajak Hasan, Husain, dan Fathimah. Beliau berkata, “Jikalau saya membacakan doa, maka katakanlah aamiin!”. Melihat sikap Rasulullah, mereka lalu bermusyawarah untuk menentukan sikap. Mereka takut akan kehancuran yang akan menimpa mereka karena sebenarnya mereka meyakini kebenaran nubuwah Rasulullah. Mereka pun tahu bahwa setiap kaum yang pernah bermubahalah dengan nabinya pasti hancur, akhirnya mereka menolak bermubahalah. Mereka memilih jalan damai dengan membayar 2000 Hullah kepada kaum muslimin. Seribu dibayarkan di bulan Rajab dan seribu lagi dibayarkan di bulan Shafar.