Negeri Orang Baik

Saya belum pernah baca buku Negeri Para Bedebah karya Tere Liye, dan ini tidak terkait dengan itu sama sekali hehe.

Selama saya kuliah, saya menemukan 2 tipe orang baik, insyaa Allah. S adalah saya, D1 adalah Dia 1, dan D2 adalah Dia 2. Dialog kami kurang lebih seperti ini:

S: Kamu mau jadi Presiden RI?
D1: Ya, insyaa Allah. Saya akan memantaskan diri dan saya ingin memperbaiki bangsa ini…
S: Dan kamu tidak ingin mereka yang hendak membuat kerusakan justru menjadi Presiden bukan?
D1: Ya. Kita perlu banyak orang baik yang menjadi pemimpin

S: Kamu pantas jadi Presiden RI, tapi kamu mau?
D2: Saya ingin pemimpin kita adalah mereka yang menegakkan keadilan sesuai dengan perintah-Nya
S: Dan kamu bisa jadi orang itu?
D2: Saya bisa berusaha untuk itu, tapi akan ada satu kondisi dimana saya harus merelakan hukum-Nya demi hukum negeri ini. Dan disitulah saya memilih tidak. Dunia ini jauh dari siap
S: Lalu bagaimana kalau mereka yang membuat kerusakan justru yang menjadi pemimpin?
D2: Cukuplah kita berusaha dengan kapasitas yang kita miliki

Apa ia yang menjadi D1 dalam pandangan D2 adalah orang yang rela mengorbankan dirinya demi kemaslahatan ummat? Entahlah, tapi pemikiran ini sukses membuat saya kehilangan arah cukup lama kala itu.

Bahkan dalam suatu negeri yang seluruhnya berisi orang-orang baik sekalipun, akan ada beda pendapat, akan ada beda keputusan, akan ada beda tindakan. It’s human nature. Itu fitrah manusia. Bahkan Ali ibn Abi Thalib lebih menyukai saat rakyatnya berbeda pendapat dibandingkan satu suara, karena itu artinya mereka ‘berpikir’ dan disanalah rahmat Allah lahir. Sama seperti perbedaan pada Umar ibn Khattab dan Utsman ibn Affan dalam memperlakukan para pejabat negara, hingga Utsman berkata pada Umar dalam kepemimpinannya “Kamu membuat penggantimu sulit (kesulitan)”

Apa bedanya dengan negeri yang terdiri dari orang baik dan tidak baik? Akan ada beda pendapat, akan ada beda keputusan, akan ada perselisihan yang sama dengan negeri orang baik di atas. Bedanya, negeri orang baik menghargai perbedaan pendapat itu sebagai rahmat, mereka saling menasehati dalam kebaikan, mereka saling mengawal demi keselamatan saudaranya. Sedangkan di negeri campuran, orang tidak baik akan menuding orang baik, orang tidak baik akan menjatuhkan orang baik, orang tidak baik akan membuat kerusakan di bumi.

Wallahua’lam bisshawab