I often shared about Palestine’s condition through my IG’s story, not only that, I also shared about Turkiye-Syria’s earthquake situations, Muslim’s persecution around the world, any miserable and hurtful situations.
Saya sangat peduli dengan Palestine, the name where I hope I could see their freedom in my life time. Saya terbangun dari mimpi saat SMA, ketika sebelumnya saya menyaksikan berita mereka melalui televisi. Mimpi yang samar-samar masih saya ingat sampai saat ini. Ketika itu saya menonton seorang anak yang menceritakan bahwa ia melarang ayahnya untuk keluar rumah dan menemui kesatuan militer Zionist, namun sang ayah mengatakan tidak apa-apa dan melarang anaknya untuk keluar apapun yang terjadi. Dan kisah itu berakhir dengan sang ayah ditembak mati tepat ketika ia keluar rumahnya. Kejadian itu menghantui jiwa sang anak dan tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya, trauma dan rasa sakit yang dirasakan jutaan Palestinian yang kehilangan keluarga, kerabatnya, tanahnya, rumahnya, hartanya, pekerjaannya, kemerdekaannya, rasa amannya… Mereka yang kehilangan semua itu tanpa punya power untuk melawan atau menuntut keadilan. Mereka dibunuh, disiksa, dipenjara, hanya karena alasan bahwa mereka adalah seorang Palestinian. Dan saat itu saya bermimpi bahwa saya terpisah dengan kedua orang tua dan saudara-saudari saya karena kami dalam situasi yang sama. Saya terbangun dan menangis, ketakutan, dan lega pada saat yang bersamaan.
Saya punya rasa iba dan mungkin super sensitive personality about emphaty towards other people. I can’t imagine how this world holds millions of people’s hurtful and miserable situations that are hard to accept. Sangat-sangat banyak orang yang hidup dengan cara dan situasi yang tidak dapat dibayangkan, sangat menyakitkan dan menyedihkan. Ketika kamu memiliki udara bersih untuk dihirup, air bersih untuk dimanfaatkan, listrik memadai, internet, hunian untuk bernaung, kemerdekaan, hak berdaulat… sedang banyak yang justru tidak bisa memilikinya dan dianggap privilege untuk memiliki semua itu. Ketika nyawa, keamanan, harta benda yang kamu usahakan bisa kapanpun direnggut tanpa bisa kamu melawan, tidak berdaya.
Saya pernah berpikir bahwa “Kamu harus selesai dengan diri sendiri sebelum kamu peduli/membantu orang lain.” And I was questioning my self, what the definition of “enough with your ownselves?”, and I answered “It’s never been enough.” Ketika kita selalu fokus pada diri sendiri dan merasa bahwa dunia hanya berputar untuk diri kita sendiri, disana saya merasa sangat bersalah. “That’s not the reason I have this life” I told my self. Saya tidak akan pernah selesai dengan diri saya sendiri. Banyak hal di luar sana yang jauh lebih besar untuk diselesaikan. Mungkin tindakan yang pernah saya atau kalian lakukan, sebesar papun itu, memberikan dampak, signifikan atau tidak bukan tugas orang biasa seperti saya yang pantas menentukan. But what I did for them is the most matter. Entah kita berdonasi, mendoakan, membagikan informasi, or just talk about their conditions, it’s matter, it’s significant.
It’s not about whether they need us or not, It’s a matter of what we did for them that left in ourselves, our hearts, our humanity, our solidarity, and our care. Any good deeds are essential. I can’t let myself as an ignorant person, I don’t want to be a person who only think about herself. It’s cruel.
You know that’s not unloved which is the contrary of love, that’s uncared.