Persamaan Terbentuknya Tokoh Sherlock Holmes dan Lintang

Doyle said that the character of Sherlock Holmes was inspired by Dr. Joseph Bell, a surgeon at the Royal Infirmary of Edinburgh for whom Doyle had worked as a clerk. Like Holmes, Bell was noted for drawing large conclusions from the smallest observations.[2] However, some years later Bell wrote in a letter to Conan Doyle: “You are yourself Sherlock Holmes and well you know it.”[3] – Doyle mengatakan bahwa ia memperoleh inspirasi tokoh Sherlock Holmes dari sosok dr. Joseph Bell yang menjadi atasannya saat bekerja di Royal Infirmary of EdinburghSkotlandia. Seperti Holmes, Bell dikenal dapat menarik banyak kesimpulan hanya dengan sedikit observasi.[1] Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, Bell menulis surat kepada Doyle yang isinya antara lain: “Kau sendirilah Sherlock Holmes dan kau tahu itu.”[2]

Wikipedia

Ketika film Laskar Pelangi rilis untuk pertama kalinya pada 2008, cukup banyak pemberitaan dan penelusuran mengenai kisah yang diangkat dari pengalaman nyata sang penulis, Andrea Hirata. Salah satunya, saya tidak ingat antara liputan penelusuran Seputar Indonesia atau Liputan 6 Siang, yang mencari tahu tentang ke-9 anggota Laskar Pelangi yang sebenarnya. Bukan hal yang mudah untuk mencari mereka, hingga akhirnya mereka ditemukan di tempat-tempat berbeda di Belitung, sekalipun tidak lengkap. Namun ada yang tidak ditemukan, adalah sosok Lintang, sahabat yang paling mempengaruhi Ikal dalam perjalanan hidupnya. Saya tidak ingat siapa yang mengatakannya –diantara mereka ber-9, yang lebih tepatnya ber-8– ia mengatakan kurang lebih “Kami tidak ber-10, kami 9 orang dan yang tercerdas di kelas adalah Ikal. Tidak ada sosok Lintang diantara kami. Saya rasa tokoh Lintang dibentuk oleh Andrea sendiri karena ia tidak ingin menunjukan kelebihan dirinya, ia ingin menunjukannya dalam sosok sahabat fiktifnya.” Wallahua’lam, jika saya masih memiliki dokumentasinya saya akan mempostingnya juga, namun meskipun itu sudah 6 tahun lalu tapi masih saya ingat hingga sekarang.

Saya rasa persamaan Sir Arthur Conan Doyle dan Andrea Hirata adalah bahwa tokoh hero yang mereka ciptakan adalah representasi diri mereka sendiri walau mereka mengakuinya sebagai orang lain. Saya rasa ini seperti halnya tokoh Jane Bennet yang tidak mencermintan Jane Austen sebagai dirinya dalam Pride and Prejudice, melainkan tokoh utamanya Elizabeth Bennet. Kalian tahu, it’s really awesome indeed :). Mereka tidak menciptakan dirinya sebagai tokoh utama melainkan sebagai representasi orang lain, walau kenyataannya merekalah orang lain itu.