Pengaruh Perkataan Bagi Makhluk Hidup dan Lingkungan

Pengaruh Perkataan Bagi Anak-Anak

Psikolog Henry H. Goddard melakukan penelitian seputar energi dalam diri anak-anak menggunakan instrumen “ergograf”. Temuannya sangat mencengangkan. Ia mendapati bahwa ketika anak-anak yang sedang kelelahan diberi pujian atau penghargaan, ergograf menunjukan lonjakan peningkatan gelombang aliran energi yang datang tiba-tiba. Ketika anak-anak itu dikritik dengan pedas atau dibuat berkecil hati, ergograf menunjukan bahwa energi fisik mereka merosot tajam tiba-tiba. [1]

Pengaruh Perkataan Bagi Air

Essentially, Dr. Emoto captured water’s ‘expressions.’ He developed a technique using a very powerful microscope in a very cold room along with high-speed photography, to photograph newly formed crystals of frozen water samples. Not all water samples crystallize however. Water samples from extremely polluted rivers directly seem to express the ‘state’ the water is in.

Dr. Masaru Emoto discovered that crystals formed in frozen water reveal changes when specific, concentrated thoughts are directed toward them. He found that water from clear springs and water that has been exposed to loving words shows brilliant, complex, and colorful snowflake patterns –Ia menemukan bahwa air yang berasal dari mata air jernih dan air yang terkena kata-kata kasih sayang menunjukkan pola kepingan salju yang brilian, kompleks, dan berwarna. In contrast, polluted water, or water exposed to negative thoughts, forms incomplete, asymmetrical patterns with dull colors –Sebaliknya, air yang tercemar atau air yang terkena pikiran negatif , berbentuk tidak lengkap, pola asimetris dengan warna kusam. [2]

Pengaruh Perkataan Bagi Tumbuhan

Nikumbh Sir: Mr. Awasthi, apakah istri Anda juga telah membaca tentang Pulau Solomon di internet?
Mr. Awasthi: Aku tidak tahu
Nikumbh Sir: Di Pulau Solomon, ketika penduduk asli ingin bagian hutan untuk ditanami, mereka tidak menebang pohon. Mereka bersama-sama mengelilingi pohon dan meneriakkan kata-kata kasar, dan itu menumbangkannya. Pada suatu hari pohon menjadi layu dan kusut. Dia mati dengan sendirinya. [3]

a little girlSuatu ketika saat saya naik angkutan umum, ditengah perjalanan naik seorang nenek beserta anak (ibu dari sang cucu) dan cucunya yang berumur sekitar 6 tahun. Mereka baru pulang dari acara walimahan sepertinya. Di dalam angkot tersebut, sang ibu memarahi anaknya, mengatakan dia bandel ketika di acara tersebut dan sang ibu sudah tidak mau mengurusnya lagi. Tentu itu bukan maksud sebenarnya, hanya gertakan agar sang anak menurut. Namun sang anak yang sebelumnya antusias melihat sekeliling tiba-tiba diam dan merengut dalam dekapan neneknya yang duduk di sampingnya. Sang nenek hanya berkata sambil mengelus kepalanya, “sudah, sudah, yang baik to nak” sambil tersenyum menenangkan.

Seringkali ketika acara-acara kaderisasi tertentu, peserta dibentak, ditertawakan, atau diteriaki dengan kata-kata kasar, dengan dalih ‘melatih mental’ atau karena kesalahan yang tidak dapat ditolerir. Sejujurnya saya gagal paham dengan dalih-dalih tersebut. No offense, dan saya tidak ingin membahas ini lebih lanjut.

“… ingatlah bahwa manusia selalu ingin mendekati orang yang meninggikan mereka dan menjauhi orang yang merendahkan mereka” kata John C. Maxwell. Dan ini terlihat dari kejadian nenek ibu dan cucu yang saya tulis sebelumnya. Saya rasa setiap orang pasti ingin dinasehati dengan cara yang baik begitupun dengan anak-anak, dan tidak hanya manusia, tumbuhan, hewan, dan lingkungan pun demikian. Masih ingin berkata buruk? Coba pikirkan lagi 🙂

John C. Maxwell, The Maxwell Daily Reader (Jakarta: Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, 2007), h.56
http://www.whatthebleep.com/water-crystals/
Film Taare Zameen Par 2:09:36-2:10:18

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.